Menginginkannya
Hari ini atau tepatnya malam ini, persis tanggal 25
Oktober 2009. Rasa itu, perasaan kemelut kemarin dan tempo hari yang lalu,
bertahun-tahun dulu, muncul lagi. Perasaan ini cuma sebatas kasih yang
terpendam. Tapi bukan suka pada jenis yang sama, bukan juga perasaan sakit di
kepala yang kadang menyerang.
Semua ini sebatas rasa manusiawi yang dimiliki manusia.
Aku ingin rasa ini tak cepat pergi pada malam hari. Karena ini adalah
pencitraan yang bersifat positif. Paling tidak itu yang ada di benakku. Rasa
ini adalah watak iri dalam jiwa manusia.
Aku iri pada hari tadi siang saat orang-orang tak tahu
harus berbuat apa. Iya, perasaan itu ini memang jauh terpendam dalam lubuk
hati. Dan aku pastikan tak akan ada yang tahu tentang semua ini. Sampai
beberapa waktu paling tidak.
Aku sebenarnya ingin seperti mereka. Memiliki apa yang
mereka mau. Punya kamere digital canggil, laptop keluaran terbaru, hp dengan
merk ternama, sampai sepatu futsal baru, dan benda-benda yang lainnya.
Setiap waktu otak ini berpikir keras. Menghasut dengan
beragam kekuatan yang di milikinya.
“Minta saja pada ibu atau bapak. Bilang kalau mau barang
itu”
Otak sebelah kananku memulai imajinasinya. Tapi, otak
bagian kiri, tempat menyimpan segala macam momori, ternyata memerintahkan hal
yang berbeda.
“Janganlah lakukan itu. Kamu adalah kamu, bukan mereka,
jangan pernah berusaha merubah diri seperti mereka.”
Lalu, semua pergi begitu saja, seperti biasa. Aku tak
akan pernah menuntut pada orang tua, hanya untuk sebatas barang tak berharga.
Karena aku adalah aku, bukan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar