Halaman

Kamis, 24 Januari 2013

Bahasa Jawa Ngapak



Bahasa Jawa Ngapak

            A : “Aja kaya kuwelah... Kowen ora ngerti apa, atine nyong lara nemen.”
            B : “ Iya... Iya... Inyong ora bakal ngomong kaya kuwe maning.”
Mendengar percakapan semacam itu, kita mungkin akan langsung mengerti bahwa bahasa yang digunakan penutur tersebut adalah Bahasa Jawa Ngapak. Apa yang di maksud Bahasa Jawa Ngapak? Bagaimana sejarahnya sehingga bahasa ini di sebut Ngapa?
           Bahasa Jawa mempunyai 4 dialek dan 13 subdialek. Dialek diantaranya: Banyumas, Pesisir Timur, Pesisir Utara, Surakarta dan Jawa Timur. Sedangakn subdialek yaitu: Purwokerto, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang, Rembang, Surakarta, Yogyakarta, Madiun, Surabaya dan Banyuwangi. (The Langue of Java and Madure. Uhlenbeck: 1972).
            Bahasa Jawa mempunyai dialek dibedakan dari ciri-ciri tertentu. Sepintas perbedaan dilihat dari ucapan dan kosa kata. Namun, keduanya belum mewakili ciri perbedaan keseluruhan sebelum dikaitkan dengan struktur dialek. Dialek Bahasa Jawa yang terkenal adalah Banyumas, yang kemudian di kenal dengan Bahasa Ngapak.
            Bahasa Ngapak, pada dasarnya adalah dialek Bahasa Jawa yang digunakan di daerah Cilacap, Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Sekitarnya. Kaunikan dan kekhasan dialek Banyumas terletak pada logat bahasanya. Hal ini karena dialek Bahasa Jawa berhubungan erat dengan Bahasa Jawa Kuna. Dialek Bahasa Ngapak secara umum dianggap bahasa kasar serta dipetuturkan (digunakan) dengan kelas “rendah” (bahasa kaum proletar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar