Pada dasarnya, istilah “ngapak” tidak
memiliki arti yang jelas. Istilah “ngapak” diperkirakan dari Banyumas, yaitu
‘ora ngapak-ngapak’ (tidak apa-apa). Masyarakat Banyumas serta masyarakat
Pesisir Utara Jawa, jika mengucapkan kata terbuka, terdengar bunyi glotal
(bunyi huruf Q-red). Sehingga masyarakat Banyumas mengucapkan kata ‘ora
ngapa-ngapa’ menjadi ‘ora ngapak-ngapak’.
Oleh karena itu, beberapa kalangan
banyak yang menyebutkan Bahasa Banyumasan sebagai bahasa ngapak. Alasan serupa
juga dilontarkan beberapa masyarakat Jawa, khususnya masyarakat tegal.
Abad ke-16 – 20 berkembang menjadi
Bahasa Jawa baru. Abad ke-20 sampai sekarang, sebagai dialek Bahasa Jawa
modern.
(sumber: Madubranta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar