Diam
dalam Malam
Matahari belum juga datang sekarang. Rasa dingin masih
seperti biasa, lebih dulu menyambar secepat kilat. Begitu banyak beban yang
berkecamuk dalam diri ini. Seperti rusa dalam kandang tanpa rumput rasanya
diriku.
Beberapa hari yang lalu juga sama sekali dengan
sekarang. Yang membedakan hanya hembusan angis saja. Selebihnya berbeda saja
tidak.
Tiap langkah di terik seriang yang kadang membuat tubuh
bercucur keringat, menandakan kegetiran itu memang benar-benar ada. Dan aku
hanya punya satu kata saja, sampai kapan?
Apakah Kau buat ini melingkar, bergulir, dan tak jatuh
jauh dari diri ini, semata-mata karena kau ingin perlihatkan, betapa indahnya
berbagi dalam setetes air yang hanya sepuluh mili gram itu?
Kalau benar begitu. Terima kasih tiada terkira pada Kau
wahai pencipta alam semesta dan segala isinya ini.
Maka sekarang, aku akan bersabar.
Karena aku pun percaya, cahaya terang itu pasti ada.
Hanya kita saja yang kadang tak melihatnya.
Maka sekarang, aku akan bersabar.
Dan aku cuma diam dalam malam, seperti semalam juga yang
kemarin lalu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar