Peran Rangga
Warsita dan Mangku Nagara IV dalam Karya Sastra Jawa
Memahami suatu karya sastra tidak semudah membalikkan
telapak tangan, banyak hal yang harus kita ketahui agar pemahaman kita terhadap
karya sastra itu lebih mendalam. Salah satu hal yang dapat kita pelajari untuk
memahami suatu karya sastra adalah dengan melihat sejarah dari karya sastra itu
sendiri. Banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan dengan mempelajari sejarah
suatu karya sastra, antara lain kita akan mengetahui siapa orang yang
berpengaruh penting dalam perubahan suatu karya sastra dan lain sebagainya.
Pada kesmpatan kali ini, topik yang akan dibahas mengenai peran seseorang
terhadap suatu karya sastra.
Pada
awal abad ke Sembilan belas, di daerah Surakarta, kaum intelektual dari Belanda
telah mempelajari sastra Jawa untuk
tujuan mereka sendiri. Kaum intelektual dari Belanda bahkan pada awal abad ke
Sembilan belas telah membuat kamus Jawa-Belanda. Secara tidak langsung kehadiran
kaum intelektual atau para sarjana dari Belanda ini telah berpengaruh besar
terhadap perkembangan karya sastra khususnya di daerah Surakarta. Pada saat itu
masyarakat Jawa priyayi berkembang menjadi kelas intelektual yang
kebarat-baratan. Seiring perkembangan jaman, pada awal abad ke dua puluh,
sekolah-sekolah yang tadinya hanya mengkhususkan pada masyarakat tertentu
kemudian terbuaka untuk orang-orang dari semua golongan, hal inilah yang
menyebabkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran barat berkambang pesat pada saat
itu. Ditengah derasnya pengaruh pemikiran barat terhadap perkembangan karya
sastra di daerah Jawa Tengah, Rangga Warsita seorang pemuda pribumi secara
mengejutkan mampu menghasil suatu karya sastra yang menarik perhatian banyak
orang. Tidak seperti para pendahulunya atau kaum intelektual terdahulu yang hanya
menterjemahkan karya sastra Jawa terdahulu kedalam bahasa yang mereka mengerti,
Rangga Warsita menulis karya sastra dalam bentuk prosa. Pengaruh barat memang
sangat kental pada saat itu, sehingga karya-karya dari Rangga Warsita secara
tidak langsung mengusung pemikiran barat, namun tidak menghilangakan nilai
budaya aseli masyarakat pada saat itu. Hal inilah yang menyebabkan karyanya
dapat dengan mudah diterima oleh semua golongan masyarakat, termasuk golongan
intelektual Belanda. Rangga Warsita telah memberikan sentuhan baru terhadap perkembangan
karya sastra Jawa dengan menggabungkan unsur kebarat-baratan dengan budaya
lokal, ia mampu memberikan angin segar ditengah derasnya pengaruh barat.
Selain
Rangga Warsita, Mangku Nagara IV juga orang yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan karya sastra pada abad kesembilan belas. Berbeda dengan Rangga Warsiata,
Mangku Nagara pada saat itu membuat karya dalam bentuk puisi. Mangku Nagara IV
pada saat itu menulis puisi tentang moralistik atau tentang kehidupann sosial.
Karya-karya Mangku Nagara IV mungkin lebih mudah berkembang pesat, karena dia adalah
seorang yang memilki kekuasaan di daerah Surakarta, akan tetapi karya-karyanya begitu
dihargai bukan karena kekuasaan yang ia miliki, namun karena puisi-puisi yang
diciptakannya begitu menarik perhatian semua golongan. Pusi-puisi Mangku Nagara
pada saat itu dianggap yang paling baik diantara pusi-pusi yang ada khususnya
di daerah Surakarta. Pada akhir abad kesembilan belas, beberapa orang
beranggapan ada peran Rangga Warsita di dalam puisi-puisi Mangku Nagara. Karya
Mangku Nagara dianggap tidak murni, namun hal itu tidak terbukti dan hanya
menjadi rumor saja pada saat itu. Karya-karyanya tetap dianggap yang paling
baik.
Karya
sastra telah mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Beberapa karya
sastra ada yang mendapat pengaruh barat, namun ada juga beberapa karya sastra
yang masih mempertahankan nilai aseli budaya mereka. Pengaruh barat terhadap
karya sastra jawa memang sangat kental, hal ini dikarenakan pendidikan yang diperoleh
tidak lepas dari campur tangan budaya Barat, bahkan hingga kini. Terlepas dari
itu semua, peran Rangga Warsita dan Mangku Nagara terhadap perkembangan karya
sastra Jawa tidak dapat dikesampingkan. Mereka dengan berani membuat karya
sastra yang bersebrangan pada saat itu. Hal ini membuktikan kalau orang-orang
pribumi masih berperan besar dalam perkembangan karya sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar